makalah historiografi





MAKALAH HISTORIOGRAFI


BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Sejarawan adalah orang yang menulis peristiwa-peristiwa masa silam melalui berbagai fakta yang ada. Tanpa fakta mustahil seorang sejarawan dapat merekonstruksi sejarah yang telah terjadi. Posisi fakta adalah sangat penting, fakta inilah yang kemudian membedakan seorang sejarawan dengan seorang sastrawan. Seorang sastrawan menulis sebuah karya sastra tidak menekankan pada fakta, dia bisa membuat itu lewat daya imajinasi yang ia miliki, namun seorang sejarawan harus tertuju pada fakta-fakta yang ada, disamping untuk lebih menarik tulisan sejarahnya digunakan pula fiksi dan imajinasi.

Fakta-fakta sejarah adalah bagaikan kepingan-kepingan suatu botol yang pecah. Pecahan-pecahan itu berserakan dimana-mana. Oleh sejarawan kepingan-kepingan (fakta) itu dikumpulkan satu persatu lantas kemudian disusun kembali menjadi bentuk aslinya. Dalam penyusunan kepingan (fakta) tersebut, sejarawan tuangkan dalam bentuk tulisan atau cerita yang sering disebut dengan historiografi (penulisan sejarah).

Sejarah Indonesia dibangun dari fakta-fakta yang ada dan direkonstruksi oleh para sejarawan Indonesia dan sejarawan asing. Proses rekonstruksi sejarah sendiri memiliki perbedaan dari hari kehari, entah itu dari segi metodenya, keobyektifitasnnya, motivasinya, dsb. Historiografi Indonesia dari masa dulu telah mengalami perkembangan. Bermula dari historiografi tradisional, historiografi kolonial, historiografi revolusi dan yang terakhir berkembang adalah historiografi modern.

Setiap perkembangan historiografi memiliki karakteristik, metode, dan motivasi penulisan yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Situasi dan kondisi politik sangat berpengaruh pada penulisan sejarah. Semisal, pada masa tradisional, dimana untuk melegitimasi kedudukan seorang raja, maka raja tersebut berusaha untuk menulis sejarah keluarganya yang berasal dari seorang raja yang besar. Masa kolonial, masa ini penulisan sejarah bermaksud sebagai bahan laporan perjalanannya di tanah jajahan, jadi yang dituliskan hanyalah orang-orang barat di tanah jajahan.

Masa revolusi, masa ini sebagai suatu dorongan nasionalisme menuliskan sejarah tokoh-tokoh pergerakan atau pun tokoh-tokoh nasional yang dengan gigih berusaha mengusir penjajah dari tanah air. Setiap masa memiliki kelemahan serta kelebihan sendiri-sendiri, kelemahan inilah yang kemudian mencoba untuk ditutupi oleh historiografi modern.

2. Rumusan Masalah
1 Apakah definisi dari historiografi?
2 Bagaimanakah historiografi kolonial pada masa Hindia Belanda (1816-1942)?
3 Bagaimanakah ciri dari historiografi kolonial pada masa Hindia Belanda (1816-1942)?

BAB II
Historiografi Kolonial Pada Masa Hindia Belanda
(1816-1942)
1. Pengertian Historiografi
Perkataan sejarah mempunyai dua arti yang dapat membedakan sejarah dengan penulisan sejarah. Sejarah dalam arti obyektif, adalah kejadian sejarah yang sebenarnya. Terjadi hanya sekali dan bersifat unik (History of Actuality). Sejarah dalam arti subyektif ialah gambaran atau cerita serta tulisan tentang suatu kejadian (History as Written atau Historiografi).

Dari sudut etimologis, semula berasal dari bahasa Yunani: Historia dan Grafein. Historia berarti penyelidikan tentang gejala alam phisik (Physical Research), sedangkan kata Grafein berarti gambaran, lukisan, tulisan atau uraian (discription). Dengan demikian secara harafiah historiografi dapat diartikan sebagai uraian atau tulisan tentang hasil penelitian mengenai gejala alam. Namun dalam perkembangannya historiografi juga mengalami perubahan. Hal ini disebabkan para sejarawan mengacu pada pengertian historia, sebagai suatu usaha mengenai penelitian ilmiah yang cenderung menjurus pada tindakan manusia di masa lampau.

Jadi dapat diambil kesimpulan, bahwa historiografi itu dimaksudkan sebagai penulisan sejarah, maka historiografi merupakan tingkatan kemampuan seni yang menekankan pentingnya ketrampilan, tradisi akademis, ingatan subyektif (imajinasi) dan pandangan arah yang semuanya memberikan warna pada hasil penulisannya. Dengan demikian berarti bahwa historiografi sebagai suatu hasil karya sejarawan yang menulis tulisan sejarah.[1]

2. Historiografi Kolonial Pada Masa Hindia Belanda (1816-1942)

Bagi para sejarawan Indonesia, pengetahuan tentang bahasa Belanda dan sumber-sumber Belanda mutlak diperlukan. Hampir semua dokumen resmi dan sebagian besar memoar pribadi serta gambaran mengenai negeri ini, yang muncul selama lima puluh tahun terakhir, tertulis dalam bahasa tersebut. Tanpa itu, penelitian mengenai aspek mana pun dari sejarah Indonesia mustahil dilakukan. Namun dilihat sepintas lalu, sebagian besar sumber-sumber Belanda mungkin tampak tidak penting kaitannya dengan sejarah Indonesia. Seorang sejarawan Indonesia berhak bertanya: apa peduliku pada berita-berita yang dicatat oleh suatu bangsa lain selain bangsa Indonesia? Laporan-laporan resmi Belanda pasti melukiskan kehidupan serta tindakan orang Belanda, dan bukan orang Indonesia. Laporan itu ditulis dengan sudut pandang Eropa, bukan Asia.

Semua itu merupakan keberatan yang meyakinkan, namun jawabannya dapat ditemukan. Pertama-tama, seluruh sumber Belanda saja, yang bersifat naskah dalam tulisan tangan maupun cetakan harus ditekankan artinya. Berjilid-jilid buku bersampul kulit dari berita-berita VOC yang dijajarkan dalam almari arsip negara di den haag saja sudah berjumlah lebih dari dua belas ribu buah. Berita-berita dari pengganti kompeni, yaitu pemerintah Hindia-Belanda—sebagian dari antaranya sudah berjilid, sebagian lainnya masih dalam berkas-berkasnya yang asli—sepuluh kali lebih banyak dari jumlah itu. Tentu sangat ganjil bila himpunan yang begitu banyak tidak mengandung penjelasan tentang sekurang-kurangnya beberapa hal yang bersifat non-eropa.

Kedua, para pegawai Belanda di Indonesia sejak masa yang paling awal, mempunyai banyak kepentingan dan tanggung jawab di luar kegiatan-kegiatan perdagangan dan tata usaha sehari-hari. Pada abad ke-17, ketika ketidaktahuan Eropa tentang asia, para pegawai VOC harus menyiapkan laporan-laporan yang teliti mengenai keadaan di Indonesia, bagi para tuannya di Belanda dengan sedikit gambaran tentang keadaan Indonesia, sehingga keputusan yang diambil di Belanda mempunyai dasar yang lebih kokoh daripada dugaan semata.

Kemudian, ketika pemerintah Hindia Belanda memerintah di seluruh Indonesia, para pegawainya diharuskan memberikan laporan tentang seluruh negeri dan setiap rincian tentang hukum dan kebiasaan setempat yang menarik perhatiannya. Sekali lagi, tujuannya adalah agar kebijakan pemerintah dapat disesuaikan dengan tuntutan tampat dan waktu. Umumnya tugas itu dilaksanakan secara lebih cakap oleh para pegawai Belanda di timur daripada para pegawai kolonial mana pun.

Sampai kini, kita hanya mampu meninjau sumber-sumber untuk sejarah Indonesia sebagaimana yang sampai kepada kita dari zaman kompeni Hindia Timur Belanda. Pada akhir abad ke-18 kompeni mundur dengan cepat. Kompeni tidak berhasil mengatasi pukulan-pukulan di bidang keuangan yang dideritanya selama perang Inggris-Belanda pada tahun 1780-1784. Pada tahun 1796 para direkturnya terpaksa menyerahkan kekuasaan mereka kepada sebuah panitia yang dibentuk oleh kaum revolusioner pro-Perancis, yang telah merebut kekuasaan di negeri Belanda pada tahun sebelum itu, dan pada tanggal 31 desember 1799 kompeni dibubarkan.

Dalam jangka waktu enam belas tahun setelah itu, bangsa Perancis dan Inggris menguasai harta milik Belanda di Indonesia. Sampai tahun 1811 bangsa Belanda secara nominal masih memerintah Indonesia, tetapi penguasa yang sebenarnya dari kepulauan Hindia dan juga negeri Belanda sendiri adalah Napoleon. Pada bulan september tahun 1811, jawa jatuh ke tangan Inggris sampai tahun 1816, dimana seluruh bekas milik Belanda di kepulauan tersebut dikembalikan kepada Belanda, sesuai dengan konvensi London. ”Pemerintah Hindia Belanda” dilantik di Batavia pada 19 Agustus 1816, dan tetap memegang kekuasaan Belanda di Indonesia sampai saat mereka diusir Jepang pada tahun 1942.

Pemerintah baru itu membawa ke Indonesia suatu jenis tata pemerintahan yang lain dari semua jenis tata pemerintahan yang pernah ada di negeri ini sebelumnya. Kompeni Hindia Timur merupakan perusahaan dagang yang mengejar laba, yang hanya memikirkan transaksi jual beli dengan mengesampingkan apa saja. Kompeni tidak memiliki misi budaya, tidak berhasrat melakukan campur tangan dalam tata cara hidup rakyat yang diajak berniaga.

Sumber-sumber non-pemerintah memiliki keadaan yang sama. Sejak abad ke-17 dan ke-18, hanya sedikit bahan yang selamat, kecuali dokumen-dokumen kompeni Hindia Timur, karena kompeni adalah satu-satunya organisasi Belanda yang aktif di wilayah itu. Tetapi pada abad ke-19 dan abad ke-20 muncul semua jenis badan hukum non-pemerintah: perusahaan dagang, serikat buruh, partai politik, bank, perusahaan asuransi, maskapai pelayaran, perusahaan tambang, kantor impor dan ekspor, sekolah, perkumpulan missionaris, dan sebagainya. Bagian terbesar diantaranya adalah organisasi orang Belanda, atau setidaknya yang menggunakan bahasa Belanda. Semuanya mempunyai hubungan erat dengan hal ihwal Indonesia, dan laporan-laporan mereka harus dianggap sebagai bahan-bahan sumber Belanda asli untuk sejarah Indonesia.

A. Manuskrip
Arsip-arsip bekas Kementrian Urusan Jajahan terbagi atas dua seksi utama: arsip kementrian itu sendiri dan salinan terjemahan-terjemahan pemerintah Hindia Belanda yang dikirimkan ke negeri Belanda dari Batavia.

1 Berita-berita kementrian urusan daerah jajahan. Seri yang terkenal dengan nama Gewoon Archief (arsip biasa) ini, meliputi surat-surat yang keluar dan masuk sehari-hari dari kementrian ini tentang semua masalah yang ada pada waktu itu tidak dianggap bersifat rahasia. Berkas sejumlah 1906 buah yang meliputi jangka waktu 1814-1849 ditempatkan di dalam gudang utama di Bleijenburg, Den Haag. Yang lebih penting bagi para sejarawan Indonesia ialah Geheim Archief (arsip rahasia). Pada abad ke-19 banyak masalah yang digolongkan rahasia, yang sekarang dalam keadaan yang sama tidak akan dimasukan ke dalam jenis itu. Karena itu, Geheim Archief lebih kaya dalam segi penjelasan umum dibandingkan dengan yang mungkin terbayang melalui namanya. Antara lain terkandung di dalamnya pembahasan mengenai rancangan kebijakan, pernyataan pendapat mengenai tindakan pemerintah pada masa lampau, dan uraian tentang perundingan dengan negara dan orang asing. Memang rupanya segala sesuatu yang seandainya diumumkan akan dapat menyulitkan pemerintah, telah dimasukan ke dalam Geheim Archief dan bukannya Gewoon Archief. Tentu saja hal itu menyebabkan orang menduga bahwa yang tersebut pertama lebih dapat diandalkan karena merupakan sumber yang lebih bebas pengungkapannya.

Berkas-berkas lain dari kementrian urusan jajahan yang bertalian dengan sejarah Indonesia mencakup Kabinetsarchief, yang memuat keterangan mengenai transaksi dan keputusan pribadi para menteri urusan jajahan yang silih berganti, maupun sekitar tiga puluh kumpulan dokumen rahasia yang diserahkan kepada arsip negara oleh para pejabat yang bertugas di bawah pemerintah Hindia Belanda atau oleh anak cucu mereka.

2 Berkas-berkas pemerintahan Hindia Belanda. ”Dekrit Hindia Timur” di mana termuat transaksi-transaksi pemerintahan Hindia Belanda, terbagi ke dalam empat sub-judul. Pertama, dibagi menjadi dekrit ”biasa” dan dekrit ”rahasia”; kedua, dibagi menjadi Dekrit Gubernur Jenderal dalam kedudukannya di dewan (”in rade”) dan Dekrit Gubernur-Jenderal yang bertindak dalam kedudukannya sendiri (”buiten rade”). Dengan Regeeringsreglement tahun 1836, dewan Hindia (”raad van indie”) dilucuti fungsi eksekutifnya dan menjadi badan penasihat saja. Karenanya, sejak itu semua dekrit dikeluarkan oleh gubernur jenderal sendiri. Tetapi, sebelum tahun 1836 Gubernur Jenderal diberi kuasa untuk mengambil keputusan atas tanggung jawabnya sendiri dalam beberapa hal, tetapi tidak dalam semua hal. Karena itu dekrit-dekrit yang muncul sampai tahun 1836 keluar di bawah dua sub-judul: ”in rade” dan ”buiten rade”.

Berikut ini adalah daftar dari pelbagai Koleksi Dekrit Hindia Timur sebagaimana yang terbagi-bagi di dalam arsip negara:
1 Dekrit Gubernur Jenderal Hindia Belanda Bersama Dewan, 1819- 1836
2 Dekrit Rahasia Gubernur Jenderal Hindia Belanda Bersama Dewan, 1819- 1834
3 Dekrit Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Bertindak Sendiri, 1814- 1849
4 Dekrit Gubernur Jenderal Hindia Belanda (Dekrit Hindia Timur), 1830- 1932
5 Dekrit Rahasia Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Bertindak Sendiri 1819- 1836
B. Terbitan Resmi
Laporan tahunan pemerintah Hindia Belanda kepada Majelis Perwakilan Tinggi dikenal dengan nama Verslagen, terbit sebagai pelengkap bagi Staatscourant (diterbitkan di Belanda) sejak tahun 1851/2 dan seterusnya. Fakta dan angka resmi serta rincian undang-undang, ordonasi dan peraturan pemerintah yang dapat diterapkan di Indonesia, dapat diperoleh dari Almanak van Nederlandsch-Indie dan Staatsblad van Nederlandsch-Indie, Bijblad op het Staatsblad van Nederlandsch-Indie serta Javasche Courant.

Pengumuman tentang kebijakan pemerintah, dan banyak informasi kecil lainnya, dapat ditemukan dalam Handelingen der 1e en 2e Kamer der Staten-Generaal (Laporan Tentang Perdebatan Parlemen). Handelingen van den Volksraad, (Transaksi-Transaksi Dewan Rakyat), diterbitkan sejak tahun 1918 dan seterusnya, yakni tahun pelantikan Volksraad atau parlemen Hindia Belanda. Banyak bahan untuk sejarah hukum, sejarah sosial dan sejarah ekonomi dapat juga ditemukan dalam laporan tahunan pelbagai kementerian pemerintah Hindia Belanda.

C. Sarana Bantu Penelitian
Akhirnya dapat disebutkan dua terbitan yang bersama-sama memberi uraian yang boleh dikatakan lengkap tentang sumber-sumber tercetak mengenai sejarah Indonesia yang ada dalam bahasa Belanda. Keduanya mendaftar bahan sekunder maupun primer, tetapi referensi yang diberikan cukup terinci sehingga pada umumnya memungkinkan kita untuk membedakan yang satu dari yang lainnya.

Yang pertama adalah Catalogus der Koloniale Bibliotheek van het Koninklijk Instituut voor de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indie en het Indisch Genootschap (4 jilid, 1908-1937). Dalam katalog ini disebut hampir seluruh terbitan sejarah tentang jajahan Belanda yang muncul sampai tahun 1935. karena itu katalog ini dapat dianggap sebagai bibliografi sejarah Indonesia yang hampir lengkap yang ditulis sampai tahun itu.

Alat bantu penelitian tambahan yang bernilai adalah J.C Hooykaas dan lain-lain, ed., Repertorium op de Koloniale Litteratuur (11 jilid, 1877-1935). Karya ini merupakan catalogue raisonne dari semua artikel dalam berbagai majalah, jurnal, dan transaksi perkumpulan-perkumpulan ilmiah yang berkenaan dengan wilayah Belanda di seberang lautan, dan diterbitkan dalam wilayah itu atau di negeri Belanda antara tahun 1595-1932. Kepustakaan majalah Belanda memuat bahan-bahan rujukan asli secara melimpah ruah. Dalam majalah ilmiah yang daftar namanya terdapat di dalam repertorium, terdapat banyak terjemahan kronik Indonesia, berbagai kumpulan dokumen, dan laporan serta notulen asli dari banyak konperensi dan komisi penyelidik pemerintah.[2]

Dalam historiografi kolonial ini memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan historiografi pada periode yang lainnya. Historiografi kolonial ditulis oleh sejarawan atau orang-orang pemerintah kolonial yang intinya bahwa yang membuat adalah orang barat. Pembuatan historiografi ini dimaksudkan untuk dijadikan sebagai bahan laporan pada pemerintah kerajaan Belanda, sebagai bahan evaluasi menentukan kebijakan pada daerah kolonial.

Oleh karena motivasinya adalah sebagai bahan laporan maka yang ditulisnya pun adalah sejarah dan perkembangan orang-orang asing di daerah kolonial khususnya Indonesia. Sangat sedikit hasil historiografi kolonial yang menceritakan tentang kondisi rakyat jajahan, atau bahkan mungkin tidak ada. Toh, kalau pun tercatat, orang pribumi itu sangat dekat hubungannya dengan orang asing dan yang telah berjasa pada pemerintah kolonial.

Selain itu, ciri dari historiografi kolonial masa Hindia Belanda adalah memiliki sifat Europa-Centrisme atau yang lebih fokusnya adalah Neerlando-Centrsime. Boleh dikatakan bahwa sifat ini memusatkan perhatiannya kepada sejarah bangsa Belanda dalam perantauannya, baik dalam pelayarannya maupun permukimannya di benua lain. Jadi yang primer ialah riwayat perantauan atau kolonisasi bangsa Belanda, sedangkan peristiwa-peristiwa sekitar bangsa Indonesia sendiri menjadi sekunder[3]

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari sudut etimologis, historiografi semula berasal dari bahasa Yunani: Historia dan Grafein. Historia berarti penyelidikan tentang gejala alam phisik (Physical Research), sedangkan kata grafein berarti gambaran, lukisan, tulisan atau uraian (discription). Dengan demikian secara harafiah historiografi dapat diartikan sebagai suatu usaha mengenai penelitian ilmiah yang cenderung menjurus pada tindakan manusia di masa lampau.

Bagi para sejarawan Indonesia, pengetahuan tentang bahasa Belanda dan sumber-sumber Belanda mutlak diperlukan. Hampir semua dokumen resmi dan sebagian besar memoar pribadi serta gambaran mengenai negeri ini, yang muncul selama lima puluh tahun terakhir, tertulis dalam bahasa tersebut. Sumber dari historiografi kolonial masa Hindia Belanda sendiri ada yang berupa Arsip-arsip bekas Kementrian Urusan Jajahan terbagi atas dua seksi utama: arsip kementrian itu sendiri dan salinan terjemahan-terjemahan pemerintah Hindia Belanda yang dikirimkan ke negeri Belanda dari Batavia. Selain itu ada yang berupa terbitan resmi yang mencakup undang-undang, ordonasi dan peraturan pemerintah yang dapat diterapkan di Indonesia.

Ciri dari historiografi kolonial ini adalah memiliki sifat neerlando-centrisme yang menulis tentang sejarah dan perkembangan kolonisasi belanda pada daerah jajahan (indonesia). Sang penulis historiografi ini sendiri adalah orang-orang asing

Daftar Pustaka
Anggar Kaswati. 1998. Metodologi Sejarah dan Historiografi. Yogyakarta: Beta Offset.
H.J. De Graaf. 1971. Historiografi Hindia Belanda. Jakarta: Bharatara.
I Gde Widja. 1989. Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud.
Sartono Kartodirdjo. 1968. Beberapa Fatsal Dari Historiografi Indonesia. Yogyakarta: kanisius.
Sartono Kartodirdjo. 1960. Historiografi. Yogyakarta: Fak. Sastra dan Kebudayaan UGM.
Sartono Kartodirdjo. 1982. Pemikiran Dan Perkembangan Historiografi Indonesia: Suatu Alternatif. Jakarta: Gramedia
Soedjatmoko. 1995. Historiografi Indonesia: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
[1] Anggar Kaswati. 1998. Metodologi Sejarah dan Historiografi. Yogyakarta: Beta Offset. Hal: 27-28
[2] Soedjatmoko. 1995. Historiografi Indonesia: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 215-219
[3] Sartono Kartodirdjo. 1968. Beberapa Fatsal dari Historiografi Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Hal: 17-19
Next: cerita rakyat desa cimanggu dan sindang haji







eksistensi negara Jun 6, '08 1:08 PM
for everyone

Eksistensi Negara
oleh: Nur Efri Setyadi
Indonesia, merupakan negara besar dalam kompleksitas dimensi sosial yang ada di dalam masyarakat. Sumber daya alam yang melimpah ruah dan ditunjang dengan kuantitas penduduk yang tidak sedikit jumlahnya, dan beraneka ragam ras, suku, bahasa, adat, dan agama. Namun yang justru menjadi fokus perhatian adalah ”kehebatan” orang-orang Indonesia dulu dalam substansi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa untuk melanggengkan negara ini. Indonesia berbeda dengan India, Indonesia berbeda dengan Lebanon, Indonesia berbeda dengan negara-negara yang kental dengan nuansa konflik etnis. Masyarakat ini dapat menyatukan persepsi untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada. Perbedaan dinilai bukan sebagai kelemahan, tapi ia adalah sebuah tali yang kuat untuk mempersatukan seluruh komponen bangsa dalam sebuah negara yang dinamakan Indonesia.

Sebelum negeri ini didirikan, bangsa ini sudah terlebih dahulu berdiri puluhan abad yang lalu. Suku-suku bangsa hidup dalam nuansa politis-sosial lokal. Ada pemimpin yang dipilih secara primus interpares, dan masyarakat lokal tunduk pada keputusan apapun yang dibuat olehnya. Tapi itulah kondisi sosialnya, rakyat sangat tunduk pada penguasa. Begitupun ketika timbul kerajaan-kerajaan di nusantara, semua tunduk pada rajanya.

Pada masa kolonial, bangsa-bangsa ini kemudian dileburkan ke dalam wadah daerah-daerah jajahan, yang terpusat pada daerah induk (pemerintah pusat). Disinilah letak hebatnya masyarakat kita, ketika proklamasi dikumandangkan oleh Soekarno, wilayah-wilayah yang ada menggabungkan diri ke dalam negara kesatuan republik Indonesia. Mereka kesampingkan kepentingan-kepentingan lokal, kesampingkan idealisme-idealisme lokal untuk berperan dalam membangun negeri tercinta ini.

Tapi konsep idealisme itu dan semangat patriotisme untuk mencurahkan seluruh apa yang ada bagi kemajuan negiri ini sudah menjadi hal yang sudah jauh hilang dalam pandangan masyarakat Indonesia. Rakyat sudah tak percaya lagi pada pemerintah. Rakyat sudah terlalu pesimis pada stockholder negeri ini untuk bisa mengeluarkan belenggu-belenggu yang kini tengah menjerat para wong cilik. Sehingga tak heran rasanya, jika segala lini masyarakat kini sudah berani untuk mendikte dan mengkritik pemerintah dalam pengambilan segala bentuk kebijakan.

Pun yang terjadi dalam cakupan keeksistensian negara dalam menjaga persatuan. Baru-baru kemarin kita dapat menyaksikan bagaimana salah satu dari organisasi islam melakukan ”penyerangan” (ataukah pembelaan?) terhadap kelompok yang lain saat terjadi orasi di silang monas jakarta. Belum lagi yang ada di daerah-daerah dimana, sekolompok ormas melakukan swiping terhadap pengikut organasasi itu. Seolah-olah aparat keamanan tidak sanggup untuk mengamankan situasi dan kondisi kebrutalan masyarakat. Lantas siapakah yang harus dipersalahkan? Pemerintahkah? Sepakat bila semua ini yang harus dimintai pertanggung jawaban adalah pemerintah. Pemerintah yang mempunyai titah atau kebijakan tentunya harus dapat mengayomi dan memelihara keamanan dan ketertiban sosial yang ada.

Kami kira ketika berbicara patriotisme dan nasionalisme terhadap Indonesia sebagai suatu negara, sudah memudar dikalangan masyarakat. Pudar karena Melihat kondisi pemerintah yang korup, dipandang tidak lagi memihak kelas bawah, kebijakan yang salah, berkembangnya mafia peradilan, pendidikan yang amburadul, ilegal loging, kemiskinan yang semakin tumbuh dengan pesat, pengangguran dimana-mana, lapangan kerja sulit, biaya berobat mahal bahkan ada kata-kata sindiran ”orang miskin dilarang sakit”, dan permasalahan-permasalahan yang lain. Hal-hal itu mengindikasikan adanya kekurangcakapan pemerintah dalam mengelola negara ini.

Lantas apa solusi yang ditawarkan? Solusinya adalah bahwa pemerintah, khususnya presiden dalam hal ini haruslah memiliki pemikiran dan tindakan bahwa ia adalah wujud dari aspirasi rakyat, ia harus bertindak dan berkata sesuai dengan apa yang diinginkan oleh rakyat. Ketika rakyat menyuruh pemerintah untuk menaikan harga BBM, lakukanlah toh ada solusi-solusi untuk menangani semua ini.
Kalau kondisinya terus menerus seperti ini, pertanyaan terbesar adalah apakah esok, negara ini masih mampu menjaga eksistensinya sebagai negara yang berdaulat?

"Tanpa adanya penjajahan, Indonesia tak akan ada. Indonesia muncul dalam sejarah sebagai bangsa setelah ada penjajahan, ikatan yang muncul dari kesewenangan. Sayangnya, kita lupa untuk merawatnya. Padahal sejarah telah banyak memberi pengalaman termasuk masa-masa labil yang dihadapi bangsa ini. Namun kini bukan rasa itu yang menjadi panglima. Uang lah yang kini menjadi agama, dan itu akan memasukkan Indonesia dalam museum sejarah, Indonesia akan tinggal sejarah," --Syafii Ma’arif--.









cerita rakyat desa cimanggu dan sindang haji Apr 25, '08 7:06 PM
for everyone
CEMPAKA WARNA DAN SINDANG HAJI

Legenda Masyarakat Cimanggu - Cilacap - Jawa Tengah.
Pada zaman dahulu kala tersebutlah sebuah desa dengan melimpahnya tumbuhan jenis buah-buahan. Tumbuhan yang banyak tumbuh disana adalah pohon mangis. Sebuah pohon yang bisa dilihat jumlah buahnya dari kulit luarnya. Penduduk desa itu hidup dengan tenang dan damai. Mereka hidup makmur, aman dan sejahtera. Semua kebutuhan hidup mereka dapat terpenuhi, mereka tidak pernah kekurangan makanan, pakaian, perumahan atau keperluan-keperluan lainnya.

Kemakmuran itu terutama berkat tahannya yang sangat subur dan penduduknya yang senantiasa menjaga keseimbangan hutannya. Mereka selalu memilih-milih pohon yang hendak ditebang, sehingga persediaan air tetap melimpah. Di sebelah timur desa itu terdapat anak sungai yang tidak pernah berhenti mengalirkan air. Dari sungai itulah tumbuhan dan ladang mereka terpenuhi kebutuhan akan airnya.

Namun, ketentraman dan kedamaian warga tiba-tiba berubah menjadi kecemasan dan ketakutan. Setiap tangis bayi tak bisa ditenangkan ibunya karena sang ibupun merasakan ketakutan yang teramat sangat. Pada tengah malam yang tidak akan pernah dilupakan warga, datanglah seorang berilmu tinggi yang memiliki kekuatan yang maha dahsyat mengacau di desa tersebut.

Saat itu gerimis yang diikuti gemuruh yang menggelegar dari langit yang menampakkan kesedihannya. Pengembara itu datang membawa kemurkaan yang tidak pernah ketahuan penyebabnya. Tiba-tiba saja pengembara itu mengamuk dan membuat kerusakan di desa itu. Malam yang sepi pun tiba-tiba berubah menjadi malam penuh tangis ketakutan. Semua orang menangis ketakutan. Keadaan ini terus berlanjut sampai beberapa hari -ada yang mengatakan dari satu purnama ke purnama berikutnya dan ada juga yang mengatakan dari purnama ke sabit menghadap kanan. Sampai akhirnya datang seorang paruh baya datang dengan pakaian serba putih, dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki orang itu menggunakan pakaian warna putih, begitupun rambutnya, juga berwarna putih.

Tidak banyak orang yang tahu siapa orang paruh baya itu -ada yang mengatakan ia murid sunan Gunung Jati- tetapi dilihat dari penampilannya. Ia bukanlah orang sembarangan, bagaimanpun dilihat penampilannya, tidak terlihat tanda-tanda ia telah melakukan perjalanan jauh. Orang itu pergi menuju sumber mata air di sebelah timur desa itu. Orang itu tinggal di lahan paling atas dari anak sungai itu. Sungai itu juga terdapat air terjun dengan tiga undak-undakan.

Dengan membawa kesedihan dan harapan besar kepada orang itu agar mau membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi warga desa, seorang warga desa memberanikan diri mendatangi tempat orang paruh baya itu tinggal. Lantas warga itu bertemu dengan orang itu dan sang warga tadi langsung berbicara maksud ke datanganya menemui orang itu. Orang paruh baya tadi akhirnya bersedia menolong warga desa. Dengan dihinggapi rasa senang yang tidak terkira warga desa itupun pulang dengan harapan semua warga desa dapat hidup dengan tenang kembali. Sesampainya di desa warga yang bertemu orang paruh baya tadi berteriak dengan lantang “Pak haji akan membantu kita!! Pak haji akan membantu kita” –sampai saat ini warga desa itu mengenal dengan sebutan pak haji.

Keesokan harinya, ditengah panasnya terik matahari yang sangat menyengat, Haji itu bertarung melawan pengembara yang telah membuat kacau desa itu. Ternyata kekuatan mereka berdua berimbang. Pertarungan sendiri berlangsung selama tiga hari tiga malam tanpa pernah berhenti. Dan akhirnya, Haji itu dapat mengalahkan pengembara yang jahat tadi dengan menindihkan batu yang sangat besar ke atas tubuh pengembara itu. Pertarungan itu sendiri pun berlangsung di tempat yang selama ini ditinggali oleh pak Haji. Haji itu terluka dengan luka yang sangat parah. Ia tidak dapat lagi bergerak. Ia hanya duduk di atas batu besar itu dan menanjabkan batang pohon mangis dan beberapa pohon yang lain di atas batu itu pula.

Warga menyambut gembira kabar kekalahan pengembara oleh pak Haji. Maka, mereka pun berbondong-bondong menemui pak Haji. Setelah bertemu dan pengucapkan ucapan terima kasih yang sangat mendalam, maka para warga hendak pergi meninggalkan tempat pak Haji. Namun, sebelum mereka membalikkan badan pak Haji berujar: “Para warga, sesungguhnya aku tidak dapat membunuh pengembara itu. Ia hanya terpenjara di bawah batu besar ini. Maka suatu saat ia akan keluar setelah batu ini tidak lagi dapat membesar. Ia akan keluar dan menenggelamkan kampung kalian. Maka, jika hal itu terjadi larilah kalian semua ke suatu tempat yang aman disebelah barat batu ini. Dan sepulang dari tempat ini hanyutkan selendangku ini di sungai sebelah timur dari batu ini dan namai tempat ini dengan nama cempak warna. Dan ingat sesungguhnya pengaruh jahat dari pengembara itu masih ada. Jika kalian melewati tempat ini untuk mencari kayu bakar atau untuk mengunjungi saudara kalian yang berada dibalik batu ini, maka janganlah kalian menengok ke belakang. Jika kalian menengok kebelakang dan melihat pohon waru doyong maka kalian akan tersesat di dalam hutan ini untuk selamanya”.

Pak Haji pun meninggal dunia setelah mengucapkan hal itu. Ia di makamkan disekitar batu itu dan semua amanat yang dikatakan oleh pak Haji diingat dalam benak semua warga dan dilakukan. Mereka menghanyutkan sendang pak Haji di sungai Cikawung Empat puluh hari setelah meninggalkannya pak Haji, para warga berziarah ketempat itu dan menyebut batu besar itu dengan sebutan cempaka warna sesuai permintaan pak Haji sebelum meninggal dunia.

v Pembicaraan:

Cerita cempaka warna dan sendang haji adalah sebuah legenda, yaitu cerita yang memberikan keterangan tentang asal usul sesuatu. Dalam cerita ini adalah asal usul nama tempat yaitu tempat pertapaan cempaka warna dan perkampungan sendang haji. Seperti dalam cerita nama cempaka warna diberikan atas permintaan pak Haji. Namun, sayang para warga tidak ada satu pun yang menanyai alasan kenapa pak Haji menamai tempat itu dengan nama cempaka warna. Banyak orang mengatakan bahwa penamaan itu lebih di karenakan bahwa nanti tempat itu menjadi tempat pertapaan mencari ilmu yang tinggi. Ada juga yang mengatakan karena tempat itu di jaga oleh seekor ular yang sangat besar, melebihi besar pohon jati paling besar. Dan tidak sedikit pula yang mengatakan itu akan menjadi tempat keramat yang sangat bersih tanpa satu helai daunpun yang jatuh ditempat itu melainkan hilang.

Sendang yang dihanyutkan oleh warga tadi ditemukan tersangkut di batang pohon besar di suatu daerah. Dan menurut cerita daerah itu sekarang dinamakan Sindang Haji yag merupakan daerah bagian dari kecamatan Cimanggu.

Selain itu warga sekitar cempaka warna sendiri percaya bahwa apa yang dikatakan pak Haji mengenai “larilah kalian semua ke suatu tempat yang aman disebelah barat batu ini” adalah Leber, tempatnya disebelah barat cempaka warna dan tempatnya berada di daerah dataran tinggi, masih termasuk daerah kecamatan Cimanggu.

v Kepercayaan Warga Sekitar Cempaka Warna:
Warga percaya apabila lewat ditempat itu tidak boleh menengok ke belakang.
Cempaka warna merupakan tempat yang sangat bersih, maka semua warga tidak diperbolehkan membuang kotoran di sana.
Warga juga percaya bahwa batang-batang pohon yang ditakjabkan pak Haji sekarang ini telah tumbuh dengan pesat dan menghasilkan buah-buahan yang sangat lebat dan juga ditumbuhi berbagai macam bunga yang indah. Maka, jika ada orang yang membawa pulang bunga atau buah-buahan, orang itu akan menderita sakit yang tidak dapat disembuhkan sampai barang-barang yang diambil dikembalikan ke tempatnya.

Berkaitan dengan hal ini, pada tahu 1977 pernah terjadi, ada anak yang bermain ke cempaka warna dan mengambil bunga dari sana anak itu menderita sakit yang sangat aneh ia tidak bisa disembuhkan. Sampai akhirnya orang tuanya membawa ke juru kunci cempaka warna dan mengatakan bahwa ia sakit karena mengambil bunga dari suatu tempat di pertapaan cempak warna. Setelah bunga itu di kembalikan anak itu sembuh dan masih hidup sampai saat ini.
Cempaka warna terdapat di atas air terjun Ranjeng yang memiliki tiga undak-undakan.
Daerah sindang Haji merupakan tempat berhentinya sendang yang dihanyutkan warga atas perintah pak Haji.
Tempat aman setelah keluarnya pengembara adalah Leber yang terdapat di sebelah barat cempaka warna dan merupakan daerah tinggi (di atas bukit barisan).
Sungai yang di jadikan tempat menghanyutkan sendang pak Haji adalah sungai Cikawung yang berada di sebelah timur dari cempaka warna.


Prev: Setrategi Membaca Cepat
Next: Dewi Parwati
reply
share


audio reply video reply
Add a Comment


apspp
View Contacts (10)
Photos of Sunny
Personal Message
RSS Feed [?]
Report Abuse


© 2009 Multiply, Inc. About · Blog · Terms · Privacy · Corporate · Advertise · Contact · Help

Template design - Copyright © 2005 Sam Royama All rights reserved.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More